Kumbang Tanduk dan Ulat Api, Manakah yang Lebih Berbahaya?

Dalam dunia perkebunan kelapa sawit, tentu sudah familiar dengan serangan hama kumbang tanduk dan ulat api. Dengan populasi hama tersebut yang tumbuh secara tidak terkendali, tentu akan sangat merugikan para petani sawit. 

Maka dari itu, perlu kita ketahui secara menyeluruh bagaimana dampak dari serangan kumbang tanduk maupun ulat api. Tak hanya itu, kita pun perlu tahu bagaimana cara yang tepat dalam menangani serangan kedua hama ini. Yuk simak detailnya!

Gejala Serangan Kumbang Tanduk dan Akibatnya

Kumbang tanduk/foto:https://saraswanti-ash.com/

Gejala serangan kumbang tanduk (Oryctes rhinoceros) pada umumnya tampak seperti guntingan/potongan pada daun yang baru terbuka yang menyerupai huruf V. Gejala ini dikarenakan kumbang menyerang pucuk dan pangkal daun muda yang belum membuka sehingga merusak jaringan aktif untuk pertumbuhan. 

Serangan ini dapat disebabkan oleh kumbang jantan maupun betina. Akibatnya, pohon kelapa sawit akan musnah jika titik tumbuhnya terganggu karena pohon tidak mampu menghasilkan daun.

Gejala Serangan Ulat Api dan Akibatnya

Ulat api/foto: https://ditjenbun.pertanian.go.id/ 

Sedangkan gejala serangan ulat api, pada umumnya akan terlihat helaian daun berlubang atau bahkan habis sama sekali sehingga hanya tinggal tulang daun. Gejala ini umumnya dimulai dari daun bagian bawah. 

Dalam kondisi yang parah, tanaman akan kehilangan daun sekitar 90%. Pada tahun pertama setelah serangan, dapat menurunkan produksi sekitar 69% dan sekitar 27% pada tahun berikutnya.

Nah, berdasarkan perbandingan diatas, menurut Sobat manakah yang lebih berbahaya? Yah, baik kumbang tanduk maupun ulat api, keduanya tentu sama-sama berbahaya. Maka dari itu, populasinya perlu dikendalikan. Apabila tidak, serangan kedua hama tersebut dapat mengganggu pertumbuhan kelapa sawit. Dan tentunya, petani kelapa sawit akan mengalami kerugian yang cukup besar.

Apa solusinya?

Eits, kamu tidak perlu takut, pengendalian hama tersebut bisa kamu lakukan dengan mudah, loh! Nih mimin kasih tau caranya! Untuk pengendalian kumbang tanduk, kamu dapat menggunakan cara manual, yaitu pengutipan imago kumbang tanduk (kumbang tanduk dewasa) di sekitar tanaman yang terserang sekitar 2 minggu sekali, atau bahkan setiap hari jika tingkat serangan hama cukup tinggi.

Namun jika menurut kamu pengutipan seperti itu ribet, kamu bisa mengaplikasikan feromon untuk memerangkap imago kumbang tanduk. Feromon dapat bertahan selama ±2 bulan di lapangan. Pemasangan feromon dapat dipasang pada sekitar area yang diserang dengan jumlah yang tinggi atau bisa dipasang di pinggir jalan karena imago kumbang tanduk tertarik pada cahaya. Selain itu, kamu juga dapat menggunakan insektisida berbahan aktif Karbosulfan yang bisa ditabur maupun semprot.

Sedangkan untuk pengendalian hama ulat api, kamu bisa lakukan fogging maupun injeksi. Untuk fogging, bisa kamu gunakan insektisida berbahan aktif SIpermetrin. Sedangkan untuk injeksi, bisa kamu gunakan insektisida berbahan aktif Asefat.

Nah tak perlu bingung, insektisida maupun feromon tersebut dapat dengan gampang kamu dapatkan di Toko Cahaya Tani loh! Klik di sini untuk melihat katalog kami!